Makassar, kabariapan.com - Di balik pintu-pintu sekolah dasar yang tampak damai dan penuh tawa, terkubur kisah yang kelam dan meresahkan. Dunia yang seharusnya penuh keceriaan dan keajaiban sering kali berubah menjadi panggung kekejaman yang tak terbayangkan. Ketika anak-anak muda yang masih tumbuh dan berkembang, menjadi korban kejam dari teman sebaya mereka sendiri, dunia kecil mereka seakan runtuh dalam keheningan yang menyakitkan. Insan kecil yang seharusnya bermain dengan riang, kini terjebak dalam labirin rasa takut dan ketidakamanan. Perundungan di sekolah dasar menjadi bayangan menakutkan yang menghantui, merenggut kepercayaan diri, bahkan merusak masa kecil mereka yang seharusnya penuh dengan riang tawa.
Kasus Perundungan yang terjadi di sekolah cenderung memusatkan perhatian pada pelaku yang dianggap bermasalah. Padahal korban juga sangat membutuhkan penanganan mengingat dampak jangka panjang yang akan sangat merugikan hidup korban kedepannya. Perundungan di sekolah dasar cenderung tidak dianggap serius oleh guru sebab menurut mereka hal ini merupakan proses perkembangan siswa hingga tidak adanya tindak lanjut serius terkait hal tersebut, yang mengakibatkan kasus perundungan yang sama terjadi berulang-ulang. Ditambah lagi anak-anak usia sekolah dasar cenderung menganggap tindakan perundungan yang mereka lakukan sebagai candaan kepada teman mereka tanpa memahami dampaknya. Perundungan mampu mempengaruhi psikologis korban sehingga mengakibatkan siswa menjadi penakut, cemas, cenderung mengisolasi diri, gampang depresi, bahkan sampai bunuh diri.
Seperti yang dialami oleh MR (11) siswa sekolah dasar di Banyuwangi yang melakukan tindakan bunuh diri pada Senin (27/02/2023) diduga mengalami depresi akibat kerap kali mendapat perundungan di sekolah dan tempat mengajinya sebab tidak memiliki ayah. Di tambah lagi guru di sekolah tersebut yang dinilai kurang peka terhadap kondisi MR pada saat mengalami perundungan oleh temannya. Selain MR, kasus serupa juga dialami oleh siswa sekolah dasar berinisial R yang nekat melompat dari lantai 4 sekolahnya pada Selasa (26/09/2023) setelah menerima perundungan oleh teman-teman sekolahnya yang langsung di nasehati oleh gurunya. Setelah di nasehati, R langsung masuk ke kamar mandi sambil menjerit, kemudian keluar untuk mengambil bangku dan langsung melompat dari lantai 4. Berdasarkan kasus yang menimpa R, kurang tanggapnya pihak sekolah sangat disayangkan.
Penting bagi setiap pihak untuk memahami dan mengakui tanggung jawab mereka terhadap kasus perundungan di sekolah dasar. Guru-guru berperan utama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa. Tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga mengamati interaksi antar siswa dan intervensi juga sangat diperlukan. Orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan menghargai perbedaan. Selain itu, sekolah perlu mengimplementasikan kebijakan anti-perundungan yang jelas dan efektif.
Kasus Perundungan merupakan tanggung jawab kita semua tanpa terkecuali. Semua pihak perlu bersatu dan bekerja sama untuk menghentikan perundingan sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang dengan rasa percaya diri dan martabat yang utuh. Dengan semua pihak bekerja sama dan mengambil tanggung jawab masing-masing, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung di sekolah dasar. Melalui edukasi, kesadaran, dan tindakan bersama, kita dapat mengubah masa depan sekolah dasar menjadi tempat yang penuh kasih sayang dan bebas dari rasa takut.
Penulis : Syafirah Azzahra Djini (Mahasiswa PKIP FKM Universitas Hasanuddin)